Cerita Sex Bermain Peran Dengan Gadis Wajahnya Super Mesum Dan Liar

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
11 views

Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikan makin menarik, kulitnya putih mulus dan terurus, tubuhnya mulai berkembang demikian cantik dan seksi.

Cersex Indo – Ia tumbuh di kelompok keluarga yang ada dan mengasihinya. Umurnya baru 15 tahun, terkadang karakternya tetap kekanak-kanakan. Tubuhnya tidak begitu tinggi sekitar 155 cm, tubuhnya bagus dengan tinggi tubuhnya, tidak begitu gendut atau terlampau kurus.

Satu minggu lalu Fanny mulai teratur meng ikuti les private Fisika di rumahku, Renne Lobo, saya seorang duda. Saya memiliki sebuah rumah imut dengan 2 buah kamar, salah satunya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan wangi. Kamar depan ditujukan ruangan kerja dan perpustakaan, beberapa buku tersusun rapi dalam rack dengan beberapa warna kayu, sama dengan meja kerja yang di atasnya berada seperangkatan computer.

Sebuah lukisan yang cantik bergantung pada dinding, lukisan itu makin terlihat cantik di latar belakangi oleh warna dinding yang cocok. Kamar tidurnya dihias ornament yang cocok juga, dengan tempat tidur besar dan penerangan lampu yang membuat situasi makin romantis. Ruangan tamu diatur benar-benar artistik hingga merasa nyaman.

Rumahku memang berkesan romantis secara kedengar perlahan alunan beberapa lagu cinta, Fanny sedang kerjakan pekerjaan yang baru kuperintahkan. Ia terlampau asyik kerjakan pekerjaan itu, tanpa seng`ja penghapusnya jatuh kesenggol. Lantas berusaha meraih ke bawah berniat untuk ambilnya, tetapi rupanya ia menggenggam tanganku yang sudah terlebih dahulu ambilnya. Fanny terkejut menyaksikan ke arahku yang tersenyum kepadanya. Ia berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan secara halus, selanjutnya kutaruh penghapus itu ke telapak tangannya.

Saya jadi orang yang sudah cukup eksper dapat rasakan getaran-getaran hati yang tersalur lewat jari-jari gadis itu, sekalian tersenyum saya berbicara, “Fan, kamu terlihat lebih elok jika tersenyum semacam itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sekalian tersenyum suka.

“Sudah punyai kekasih Fan?”, godaku sekalian melihat Fanny.
“Belum, Kak!”, jawabannya malu, mukanya yang elok itu bersemu merah.
“Mengapa, kan teman seusiamu mulai punyai kekasih”, lanjutku.
“Habis mereka penginnya hanya hura-hura jayak anak kecil, caper”, komentarnya sekalian meneruskan menulis jawaban pekerjaannya.
“Ohh!”, saya bergumam dan bergerak dari tempat duduknya, ambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
“Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.
“Apa ya! Coca Cola saja dech Kak”, sahutnya sekalian terus bekerja.

Saya mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus menyaksikan dan mencari badan Fanny yang membelakangi, rupanya menarik gadis ini, tubuhnya yang langsing dan bagus cukup membuatku bernafsu, pikirku sekalian tersenyum sendiri.

“Telah Kak”, suara Fanny mencengangkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan sekaleng Coca-Cola kegemaran gadis tersebut. Selanjutnya saya mengecek hasil kerja itu, rupanya betul semua.
“Ahh, rupanya selainnya elok kamu pandai Fan “, pujiku dan membuat Fanny terlihat tersipu dan hatinya berbunga-bunga.

Saya yang menyengaja duduk di samping kanannya, meneruskan menjelaskan perpecahan beberapa soal lain, Berbau harum minyak wangi yang kupakai benar-benar halus dan berasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuat tanpa sadar berubah makin dekat padaku.

Sanjungan barusan membuat tidak bisa fokus dan berusaha coba memahami apa yang diterangkan, tetapi tidak berhasil. Saya yang menyaksikannya tersenyum dalam hati dan menyengaja duduk ke samping, cukup menghadap pada gadis itu hingga naluriku menjelaskan hatinya cukup bergetar.

“Kamu dapat tahu yang baru kakak terangkan Fan”, kataku sekalian menyaksikan muka Fanny melalui pojok mata.
Fanny tersentak dari lamunannya dan geleng-geleng, “Belum, kembali donk Kak!”, sahutnya. Selanjutnya saya ambil kertas baru dan ditempatkan di depannya, tangan kananku mulai tuliskan rumus-rumus sekalian menjelaskan, tangan yang lain ditempatkan di sandaran bangku tempatnya duduk dan kadang-kadang saya menyengaja menyeka punggungnya secara halus.

Fanny makin tidak dapat fokus, saat rasakan usapan halus jemari tanganku itu, jantungnya makin berdegap dengan keras, usapan itu kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuat makin terbuai oleh hati yang tidak terlukiskan. Ia benar-benar tidak dapat fokus kembali. Tanpa berasa matanya terpejam nikmati belaian tangan dan berbau minyak wangi yang halus.
Ia berusaha melihatku, tetapi saya cuek saja, sebagai wanita yang selalu ingin jadi perhatian, Fanny mulai coba menarik perhatianku. Ia membulatkan tekad menempatkan tangan di atas pahaku. Jantungnya makin berdegap, ada getaran yang menyebar halus melalui tanganku.

Usai menjelaskan saya melihatnya secara halus, ia tidak dapat meredam pandangan mata yang tajam itu, hatinya jadi tidak karuan, badannya terasanya menggigil saat menyaksikan senyumanku, tanpa sadar tangan kirinya meremas halus pahaku, pada akhirnya Fanny tutup mata karena tidak kuat meredam pergolakan didadanya. Saya tahu apakah yang dirasa gadis itu dengan naluriku.
“Kamu sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tetapi tanganku masih tetap meraba-raba dahinya secara halus, Fanny diam saja karena tidak tahu apakah yang harus dilaksanakan. Saya pegang halus jemari tangan kirinya.

Udara hangat menimpa telinganya dari hidungku, “Kamu betul-betul gadis yang elok, dan sudah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. sanjungan itu membuat dianya semakin senang, badannya tergetar, dan napasnya sesak meredam pergolakan di dadanya. Dan Fanny rupanya tidak dapat untuk meredam kemauannya menempatkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah kecil tanpa diakui.

Saya sadar gadis ini mulai menyenangiku, dan sukses menghidupkan hati romantisnya. Tanganku bergerak menyeka halus telinga gadis itu, selanjutnya turun ke leher, dan balik lagi naik ke telinga seringkali. Fanny merasa harapannya membumbung, entahlah mengapa ia pasrah saja saat saya mengusung dagunya, mungkin tersisip hatinya hati ingin terus nikmati belaian-belaian halus tersebut.
“Kamu benar-benar sangat elok dan saya percaya jalan pikiranmu benar-benar dewasa, Saya takjub!”, kataku membujuk.

Udara hangat berasa menimpa mukaya yang elok, diikuti bibir hangatku sentuh keningnya, lantas turun perlahan ke telinga, hangat dan halus, hati nikmat semacam ini tentu tidak pernah dirasakannya. Anehnya ia jadi suka, dan merasakan tidak ikhlas untuk segera akhiri semua peristiwa tersebut.

“Ja.., jangan Kak”, pintanya untuk menampik. Tetapi ia tidak berusaha untuk menghindari saat bibir hangatku secara halus penuh hati telusuri pipinya yang halus, putih dan lembut, saat rasakan hangatnya bibirku mengulum bibirnya yang imut merah mengembang itu bergeter, saya percaya baru pertama ini kali ia rasakan enaknya dikulum dan di cium bibir lelaki.

Jantung di dadanya berdegap semakin keras, hati nikmat yang menyelimutinya hatinya makin membuat membumbung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik untuk memulai membalasnya kecupan dan kuluman-kuluman hangatku.
“Aaahh..”, ia mendesah rasakan remasanku halus di payudara kiri yang mencolok di dadanya, seolah tidak dapat larang. Ia diam saja, remasan halus menambahkan kepuasan tertentu untuknya.
“Dadamu benar-benar cantik Fan”, sebuah sanjungan yang membuat makin mabok, bahkan juga tangannya sekarang menggenggam tanganku, bukan untuk melarang, tetapi turut menekan dan meng ikuti irama remasan pada tanganku. Ia betul-betul makin menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.

“Aaahh”, Fanny mendesah lagi dan pahanya bergerak dan badannya tergetar mengisyaratkan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar karena rangsangan yang dirasakannya, hal tersebut membuat vaginanya berasa geli, adalah kepuasan tertentu. Ia makin terbuai antara degup-degup jantung dan kemauannya untuk capai pucuk kepuasan. Diimbanginya kuluman bibir dan remasan halus di atas buah dadanya.

Saat tanganku mulai buka kancing pakaian seragamnya, tangannya coba meredamnya.
“Jangan kelak disaksikan orang”, pintanya, tetapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan buka satu-satu, dadanya yang putih mulus mulai kelihatan, buah dadanya tertutup bra warna coklat.

Seolah ia tidak perduli kembali dengan kondisinya, cuma kepuasan yang ingin diraihnya, ia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat tidur yang bersprei putih. Pada tempat tidur ini saya merasa semakin nyaman, lebih dapat nikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu semakin terbuka.
“Auuuhh”, bibirku mulai berubah perlahan menyeka dan mencium hangat di lehernya yang putih mulus. “Aaaahh”, ia semakin mendesah dan rasakan kegelian yang lain lebih nikmat.

Saya makin suka dengan berbau harum di badannya. “Badanmu harum sekali”, kembali rayuan itu membuat semakin berbesar kepala. Tanganku itu didiamkan mencari dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak sanggup menampik, seolah ada hati senang badannya disaksikan dan kunikmati. Tanganku sekarang mencari perutnya secara halus, membuat menggeliat kegelian. Bibir hangatku berpindah mencari dadanya.

“Uhh.!”, tanganku menarik pakaiannya ke atas sampai keluar rok abu-abunya, selanjutnya jari-jarinya melepaskan kancing yang masih ada dan menari halus di atas perutnya. “Auuuhh” membuat menggeliat nikm`t, hatinya membumbung meng ikuti irama jari-jariku, sedangkan serdaduku berasa semakin tegang.
Ia mulai menarik kepalaku ke atas dan memulai mengimbagi kecupan dan kuluman, seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, kedengar desah Fanny yang makin terbuai dengan kecupan hangat dan tarian jari-jariku di atas perutnya, sekarang dada dan perutnya kelihatan putih, mulus dan lembut cuma tertutup bra coklat muda yang halus.

Saya makin tegang sampai harus atur pergolakan birahi dengan atur pernapasanku, saya terus permainkan badan dan hati gadis itu, kuperlakukan Fanny secara lembut, halus, dan tidak tergesa-gesa, ini membuat Fanny semakin ingin tahu dan semakin bergairah, mungkin itu yang membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyelusup ke belakang, dan buka kancing branya.
Tanganku mulai menyelusup pada bagian dada yang mencolok di bawah bra gadis itu, berasa kenyal dan padat pada tanganku.

Itil V3
“Aaahh.. Uuuhh. ooohh”, Fanny menggeliat gelinjang geli dan nikmat, jari itu menari dan menyeka halus di atas buah dadanya yang mulai tumbuh halus dan putih, sambil terus berpagutan. Ia merasa makin nikmat, geli dan mengorbitkan harapannya.
Ujung jariku mulai permainkan puting susunya yang tetap kecil dan kemerahan itu dengan berhati-hati.

“Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny mulai memperlihatkan pertanda terangsang sampai berusaha turut buka kancing bajuku, cukup sulit, tetapi ia sukses. Tangannya menyelusup terbalik pakaian dan mengelus dadaku, sedangkan birahinya semakin mencapai puncak. “Ngghh.. “, vaginanya yang basah makin membuat nikmat, pikirku. Fanny menurut saat tubuhnya diangkat sedikit, dibiarkannya pakaian dan branya kutanggalkan, lantas dilempar ke samping tempat tidur.

Saat ini badan sisi atasnya belum tertutup apapun itu, ia terlihat terheran dan risi sesaat, saat mataku mencari lekuk badannya. Di lain sisi ia merasa takjub dengan 2 gunung cantik yang perawan yang menyembul di atas dadanya, tidak pernah tersentuh oleh siapa saja selainnya dirinya. Dan saya terheran sesaat menyaksikan panorama di muka mataku, birahiku naik-turun lagi, saya berusaha atur pernapasan, karena tidak mau melepas gairah binatangku sampai sakiti hati gadis elok yang terbaring pasrah di depanku ini.

Saya mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan-lahan, berasa membusung halus, putih dan kenyal. Diberlakukan semacam itu Fanny menggeliat, “Ahh.. uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertama kalinya ini membuat harapannya terbang tinggi. Buah dadanya yang putih, halus, dan kenyal itu berasa nikmat kuhisap halus, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu memulai berdiri dan mengeras.

“Aaahh..!”, ia mendesah geli dan semakin dekap kepalaku, vaginanya mungkin sekarang berasa membanjir.
Birahinya makin mencapai puncak. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. Uhh”, rintihnya semakin panjang. Saya terus permainkan buah dada gadis polos itu dengan bibir dan lidahku, sekalian buka kancing bajuku sendiri satu-satu, selanjutnya pakaian itu kutanggalkan, terlih`t dadaku yang sektor dan atletis.

Kembali ujung bibirnya kukulum, berasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan membalasnya memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas kepalanya. Saya mulai mencium dan mengisap halus, dan menggigit kecil tangan kanannya, dimulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap. Membuat semakin bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh.. ohh!”

Hatinya membumbung lagi, saat buah dadanya dikulum, dijilati dan disedot halus. “Uuuhh.!”, ia semakin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat vaginanya geli, membuat birahinya makin mencapai puncak.
“Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, ia mendesah rintih dan menggeliat, kadang-kadang kakinya menekuk ke atas, sampai roknya terkuak.

Sekalian terus permainkan buah dada gadis tersebut. saya melihat ke paha mulus, cantik kelihatan antara rok yang terkuak. Darahku berhembus, kupindahkan tanganku dan terus menari turun naik di antara lutut dan pangkal paha putih mulus, tetap tertutup celana yang membasah, Saya rasakan birahi Fanny makin mencapai puncak. Saya terus permainkan buah dada gadis tersebut.

“Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, kedengar gadis itu mendesah panjang. Saya dengan perlahan dan tentu mulai buka kancing, lantas turunkan retsleting rok abu-abu itu, seolah Fanny tidak perduli dengan perlakuanku tersebut. Rangsangan yang membuat birahinya mencapai puncak membuat menyerah, berserah.
“Jangan Kak.. aahh”, tetapi saya tidak perduli, bahkan juga selanjutnya Fanny justru menolong turunkan roknya sendiri dengan mengusung bokongnya. Saya terheran sesaat menyaksikan badan putih mulus dan cantik tersebut. Selanjutnya tubuh gadis itu kubalikkan hingga tempatnya telungkup, bibirku merayap ke leher belakang dan punggung.

“Uuuhh”, saat mengubah tubuh, Fanny menyaksikan suatu hal yang mencolok dibalik celana dalamku. Ia terkejut, malu, tetapi ingin ketahui. “Aa`hh”. Fanny mulai rapatkan kakinya, ada hati risi sebentar, selanjutnya lenyap kalah oleh gairah birahi yang sudah menyelimutinya hatinya. “Ahh..”, ia diam saja saat saya mencium lagi bibirnya, menuntun tangannya ke bawah antara pangkal paha, ia sekarang menggenggam dan rasakan serdadu yang keras bundar dan panjang dibalik celanaku, sesaat Fanny sesaat mengelus-elus benda yang membuat hatinya pen`saran, tetapi selanjutnya ia terkejut dan tarik tangannya.

“Aaahh”, Fanny tidak kuberikan peluang untuk berpikir lain, saat mulutku mainkan lagi puting susu imut yang berdiri yang tegak secara cantiknya di atas benjolan dada. Vaginanya berasa semakin membanjir, ini membuat birahinya semakin mencapai puncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sekalian terus mainkan buah dadanya, tanganku menari turun naik di antara lutut dan pangkal pahanya yang putih mulus yang tetap tertutup celana. Tanpa diakuinya, karena nikmat, tanganku mulai menyelusup di bawah celana dalamnya dan menyeka-usap halus bawah pusar yang mulai banyak rambut, pangkal paha, dan bokongnya yang kenyal tercipta secara cantiknya berganti-gantian.

“Teruuuss.. aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai buka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyelusup dan mengelus vaginanya dari sisi luar celana, birahinya mencapai puncak sampai kepala.
“Ahh.. terus.. ahh.. ohh”, gadis itu terkejut sesaat, selanjutnya mendesah lagi rintih. Menyaksikan Fanny menggeliat kepuasan, tanganku coba mulai menyelusup dibalik celana lewat pangkal paha dan mengelus-elus secara halus vaginanya yang basah halus dan hangat. Fanny semakin menggeliat dan birahinya semakin membara.

“Ahh.. teruusss ooh”, Fanny mendesah rintih kepuasan.
Saya tahu gadis itu nyaris capai pucuk birahi, secara gampang tanganku mulai berlaga turunkan celana dalam gadis itu perlahan-lahan. Betul saja, Fanny biarkan, tidak perduli kembali bahkan juga mengusung bokong dan kakinya, hingga celana itu lepas tanpa rintangan.

Badan gadis itu sekarang terbaring bugil di muka mataku, terlihat makin cantik dan menggairahkan. Pangkal pahanya yang sangatlah baik itu dihias bulu-bulu halus yang mulai berkembang lembut. Vaginanya terlihat kemerahan dan basah dengan puting vagina imut di tengah-tengahnya. Saya terus mainkan puting susu yang saat ini berdiri yang tegak sekalian terus mengelus bibir vagina semakin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.

Vagina yang basah berasa geli dan gatal, nikmat sampai ujungnya kepala. “Kak.. aahh”, Fanny tidak kuat kembali dan tangannya menyelusup di bawah celana dalamku dan menggenggam serdadu yang keras bundar dan panjang tersebut. Fanny tidak merasakan malu kembali, bahkan juga mulai menyeimbangi pergerakanku.
Saya tersenyum penuh kemenangan menyaksikan perlakuan gadis itu, secara tidak segera gadis itu minta untuk melakukan tindakan lebih jauh . Saya melepaskan celana dalamku, menyaksikan serdaduku yang lebih besar dan keras berdiri yang tegak secara gagahnya, mata gadis itu terbeliak takjub.

Saat ini kami tidak menggunakan penutup sama sekalipun. Fanny takjub sampai mulutnya menganga menyaksikan serdadu yang lebih besar dan keras berdiri yang tegak secara gagahnya, baru pertama kalinya ia menyaksikan benda tersebut. Vaginanya tentu sudah benar-benar geli dan gatal, ia tidak perduli kembali jika masih perawan, selanjutnya terlentang dan perlahan-lahan buka leber-lebar pahanya.

Sesaat saya terheran menyaksikan vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu yang baru tumbuh, lubang vaginanya terlihat tetap tertutup selaput perawan dengan lubang kecil di tengah-tengahnya.

Fanny cuma terheran saat saya ada di atasnya dengan serdadu yang tegak berdiri. Sekalian bertopang pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan terkadang menggigit kecil menelusuri semua badannya. Kuluman di puting susu yang dibarengi gesekan-gesekan ujung burung ke bibir vaginanya kulakukan dengan berhati-hati, semakin membasah dan nikmat tertentu. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya mencapai puncak bisa -bisa sampai kepalanya berasa kesemutan, digenggamnya serdaduku. “Ahh” berasa hangat dan kuat.

“Kak.. ahh!”, ia tidak bisa kembali meredam pergolakan biraninya, menuntun serdaduku ke lubang vaginanya, ia mulai inginkan serdaduku serang ke lubang dan merojok vaginanya yang sangat terasa geli dan gatal. “Uuuhh.. a`ahh”, tetapi saya justru mainkan topi baja serdaduku sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukan ahh”, gadis itu sampai mendesah rintih dan minta-minta dengan penuh kepuasan.

Dengan berhati-hati dan perlahan-lahan saya terus permainkan gadis itu dengan serdaduku yang keras, hangat tetapi halus itu telusuri bibir vagina.
“Ooohh Kak masukan aaahh”, di selang rintihan nikmat gadis itu, sesudah kusaksikan puting susunya mengeras dan pergerakannya mulai cukup lemas, serdadu mulai serang masuk dan tembus selaput daranya, Sreetts

“Aduuhh.. aahh”, tangannya mencekram bahuku. Dengan demikian, Fanny cuma merasa lubang vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak demikian sakit, saat selaput dara itu robek, ditembus serdaduku yang lebih besar dan keras. Burungku yang terpercik darah perawan bersatu lendir vaginanya terus masuk perlahan-lahan sampai separuhnya, diambil kembali perlahan-lahan dan berhati-hati. “Ahh”, ia mendesah kepuasan.

Saya tidak ingin tergesa-gesa, saya tidak mau lubang vagina yang cukup geret itu jadi sakit karena belum terlatih dan belum plastis. Burung itu masuk kembali separuhnya dan.. Sreeets “Ohh..”, ini kali tidak ada merasa sakit, Fanny cuma rasakan geli saat dirasa burung itu masuk keluar merojok vaginanya. Fanny menggeliat dan menyeimbangi pergerakan dan dekap pinggangnya.

“Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menusuk makin dalam. Diambil kembali, “Aaahh”, masuk kembali. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang vagina itu lama-lama semakin merekah, sampai burung itu dapat masuk sampai capai pangkalnya seringkali. Fanny rasakan nikmat birahinya mencapai puncak di kepala, hatinya melayang-layang di atas awan-awan, tubuhnya mulai bergeter getar dan melafalkanng, dan tidak tertahan kembali. “Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut melepaskan nikmat. Ia sudah capai pucuk orgasme, selanjutnya kelihatan lega yang menyelimutinya dianya.

Menyaksikan Fanny telah capai orgasme, saya sekarang melepaskan semua rasa birahi yang ketahan semenjak barusan dan semakin cepat merojok masuk keluar lubang vagina Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny mendesah dan rasakan nikmat birahinya mencapai puncak lagi. Tubuhnya tergetar lagi dan melafalkanng, begitupun denganku.

“Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami mendesah rintih panjang ke arah pucuk kepuasan. Dan mereka capai orgasme nyaris bersama, berasa serdadu menyembur air mani hangat ke vagina gadis itu yang tetap berdenyut nikmat.

Saya keluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu perlahan-lahan, tiduran di samping Fanny dan merengkuhnya agar Fanny merasakan aman, ia terlihat merasakan benar-benar senang dengan pelajaran tahapan awalan yang kuberikan.

Gadis Remaja yang Elok Cantik

“Bagaimana jika Fanny hamil Kak”, ucapnya sekalian pojok matanya keluarkan air mata.
Tidak lama kemudian saya dengan sabar menerangkan jika Fanny mustahil hamil, karena tidak dalam saat transisi subur, karena pengalamanku menganalisis kekentalan lendir yang keluar vagina dan transisi menstruasinya.

Fanny makin merasa lega, aman, merasa disayang. Peristiwa barusan dapat berjalan karena adalah kemauan dan kerelaannya . Diapun dapat tersenyum senang dan menitikkan air mata berbahagia, selanjutnya tertidur nyenyak dipelukanku yang sudah menjadikan seorang wanita.

Bangun tidur, Fanny bersihkan tubuh di dalam kamar mandi. Usai mandi ia lagi ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit badannya, demikian cantik dan menarik hingga saya tidak berkedip-kedip melihatnya. Diambilnya baju yang berantakan dan dikenainya lagi satu-satu. Selanjutnya ia pamit pulang dan mencium pipiku yang tetap tiduran pada tempat tidur.

 

Category: ABG
cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx

Leave a Reply