Cerita Sex Bermain Peran Dengan Istri Tetangga Yang Benar-benar Mendapatkan Kenikmatan

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
14 views

pengalamnku bercinta dengan tetangga baruku, di mana istri tetanggaku yang bahenol dan kerap membuat burungku turun naik itu pada akhirnya dapat kudapatkan meskipun dengan dorongan saya harus mengikhlaskan istriku di setubuhi oleh suami tetangga baruku.

Cersex Indonesia – Kurasa tidak butuh saya katakan mengenai nama dan asalku, dan tempat dan alamatku sekarang ini. Umurku saat ini telah dekati empat puluh tahun, jika dipikirkan semestinya saya telah mempunyai anak, karena saya telah menikah nyaris lima belas tahun lama waktunya. Walaupun saya tidak demikian tampan, saya cukup untung karena mendapatkan istri yang menurutku benar-benar elok. Bahkan juga dapat disebutkan ia yang paling cantik di lingkunganku, yang umumnya memunculkan keributan untuk tetanggaku. Istriku namanya Resty.

Ada satu rutinitasku yang mungkin jarang-jarang dipunyai seseorang, yakni kemauan sex yang lebih tinggi. Mungkin beberapa pembaca tidak yakin, terkadang di siang hari saat lagi ada tamu juga kerap saya ajak istri saya sesaat ke kamar untuk lakukan hal tersebut. Yang anehnya, rupanya istriku juga benar-benar menikmatinya.

Walaupun demikian saya sebelumnya tidak pernah punya niat jajan untuk menyamai ketidaktahuanku pada sex. Karena mungkin belum mempunyai anak, istriku juga selalu siap setiap waktu. Kegilaan ini diawali saat kehadiran tetangga baruku, entahlah siapakah yang mulai, kami benar-benar dekat. Atau karena mungkin istriku yang supel, hingga cepat dekat sama mereka. Suaminya baik sekali, umurnya kurang lebih seumuran denganku. Cuma istrinya, woow busyet.., selainnya masih terbilang muda elok dan yang membuat edan ialah bodinya yang wah, kulitnya benar-benar putih mulus.

Mereka juga sama dengan kami, belum memiliki anak. Mereka berpindah kesini karena pekerjaan baru suami yang ditaruh di perusahaannya yang baru buka cabang di kota tempatku. Saya dan istriku biasa panggil mereka Mas Agus dan Mbak Rini. Selainnya saya tidak paham background mereka. Bisa Disebut kami seperti saudara saja karena hampir tiap hari kami bercakap, yang kadangkala di teras tempat tinggalnya atau kebalikannya. Di suatu malam, saya sebagaimana umumnya bertandang ke tempat tinggalnya, sesudah bercakap panjang lebar, Agus menawariku menonton

VCD biru yang ucapnya baru dipinjam dari temannya. Aku juga tidak menampik karena selainnya masihlah jauh malam, aktivitas yang lain juga tidak ada. Sebagaimana umumnya, film blue pasti ceritanya itu melulu. Yang membuat terkejut, mendadak istri Agus turut menonton dengan kami. “Aduh, bagaimana ini Gus..? Tidak sedap nih..!” “Tidak apa-apalah Mas, itu toh tontonan kok, tidak dapat digenggam. Jika Mas tidak berkeberatan, Mbak Res dibawa sekaligus.” menyebutkan istriku. Saya kebenaran saat itu. Tetapi sesudah berpikir-pikir, apa kelirunya? Pada akhirnya saya pamit

sesaat untuk panggil istriku yang tinggal sendiri di dalam rumah. “Edan kamu..! Apa nikmatnya menonton gituan kok sama tetangga..?” kata istriku saat kuajak. Pada akhirnya saya malu sama juga istriku, ditetapkan tidak untuk balik lagi ke rumah Agus. Mendingan secara langsung tidur saja agar esok cepat bangun. Paginya saya tidak berjumpa Agus, karena telah lebih dulu pergi. Di teras tempat tinggalnya saya cuma menyaksikan istrinya sedang minum teh.

Saat saya melalui, ia sampaikanku mengenai yang semalam. Saya katakan Resty tidak ingin kuajak hingga saya segera tidur saja. Mataku jelalatan melihatinya. Busyet.., dasternya nyaris terbuka memperlihatkan lekuk badannya yang dari dahulu memikatku. Tetapi ah.., mereka kan tetanggaku. Tetapi dasar memang pikiranku tidak kelar, kutunda pemberangkatanku ke kantor.

Saya kembali lagi ke rumah mengulas istriku. Sebagaimana umumnya jika sudah ini saya segera menarik istriku ke arah tempat tidur. Karena mungkin telah terbiasa Resty sedikit protes. Yang hebat ialah halaman ini saya betul-betul edan. Saya bergelut dengan istriku seperti kesetanan. Kemaluan Resty kujilati sampai habis, bahkan juga kusedot sampai istriku menjerit. Gila, kok saya sampai segila ini ya, walau sebenarnya hari masih pagi.Tetapi hal tersebut tidak terpikir olehku kembali. Istriku sampai tersengal-sengal nikmati apa yang

kulakukan padanya. Resty langsung menggenggam kemaluanku dan mengulumnya, entahlah kepuasan apa yang dirasa waktu itu. Benar-benar, tidak dapat dikisahkan. “Mas.., saat ini Mas..!” pinta istriku memelas. Pada akhirnya saya dekatkan kemaluanku ke lubang kemaluan Resty. Dan tempat tidur kami juga turut bergoyang. Sesudah kami berdua sama terbaring, mendadak istriku menanyakan, “Kok Mas mendadak gairah sekali sich..?” Saya diam saja

karena malu menjelaskan jika sebetulnya Rini lah yang meningkatkan tensiku pagi hari ini. Sorenya Agus tiba ke rumahku, “Kelihatannya Mas punyai abnormalitas sepertiku ya..?” tanyanya sesudah kami berbasa-basi. “Tujuanmu apa Gus..?” tanyaku bingung. “Istriku barusan narasi, ucapnya barusan pagi ia menyaksikan Mas dan Mbak Resty bergelut sesudah bercakap dengannya.” Loh, saya bingung, darimanakah Rini terlihat kami melakukan? Oh ya, baru kusadari rupanya jendela kamar kami sama-sama bertemu. Agus langsung menambah, “Tidak perlu malu Mas, saya maniak Mas.” ucapnya tanpa malu. “Ini saja Mas,” tanpa pahami hatiku, Agus langsung

meneruskan, “Saya punyai gagasan, bagaimana jika malam nanti kita membuat acara..?” “Acara apa Gus..?” tanyaku ingin tahu. “Malam nanti kita membuat acara pesta di rumahmu, bagaimana..?” “Acara pesta apaan..? Edan kamu.” “Dasarnya tenang saja Mas, kamu hanya nyediain makan dan musiknya saja Mas, kelak minumannya saya yang nyediain. Kita berempat saja, sekadar refresing kematianah Mas, kan Mas tidak pernah mencoba..?” Malamnya, mendekati jam 20.00, Agus bersama istrinya telah berada di rumahku. Sekalian minum dan makan, kami bercakap mengenai saat muda kami. Rupanya ada

Kesamaan antara kami, yakni menyenangi dan condong maniak pada seks. Disertai musik yang disetel oleh istriku, ada hati yang cukup aneh kurasakan. Saya tidak bisa menerangkan hati apa ini, mungkin dampak minuman yang ditampilkan Agus dari tempat tinggalnya. Mendadak saja gairahku bangun, saya dekati istriku dan menariknya ke pangkuanku. Musik yang tidak demikian kuat berasa seperti menyelimutinya pendengaranku. Kusaksikan Agus menarik istrinya dan menciumi bibirnya. Saya makin terangsang, Resty makin bernafsu. Saya tidak pernah rasakan hati semacam ini. Tidak berapakah lama Resty telah telanjang bundar, entahlah kapan saya menelanjanginya. Sebentar saya merasa bersalah, mengapa saya lakukan ini di muka seseorang, tapi selanjutnya.

hal tersebut tidak terpikir olehku kembali. Seakan-akan gairahku telah menggelegak menaklukkan pikiran normalku. Kuperhatikan Agus pelan-pelan mendudukkan Rini di atas meja yang terdapat di muka kami, mengusung rok yang dikenai istrinya, selanjutnya membuka dengan mengusungnya ke atas. Saya makin tidak karuan pikirkan mengapa ini bisa terjadi dalam rumahku. Tapi itu cuma sekilas, selanjutnya saya telah nikmati permainan tersebut. Rini tinggal cuma kenakan BH dan celana dalamnya saja, dan duduk di meja dengan lutut tertekuk dan terbuka melawan. Pelan-pelan Agus buka BH Rini, terlihat dua bukit putih mulus melawan menyembul sesudah penutupnya terbuka. “Kegilaan apalagi ini..?” batinku. Seakan-akan

Agus memahami, karena selalu saya lihat tawarkan berganti-gantian denganku. Kusaksikan istriku yang tetap terbujur di atas sofa dengan mulut terbuka melawan dengan napas tersengal meredam gairah yang menggebu-gebu, seakan-akan tidak berkeberatan jika posisiku diganti oleh Agus. Selanjutnya kudekati Rini yang sekarang tinggal cuma kenakan celana dalam. Dengan tubuh yang sedikit gemetaran karena ini pengalaman pertama kaliku.

melakukan sama orang lain, kuraba pahanya yang putih mulus secara halus. Sementara Agus kusaksikan makin brutal menciumi sekujur badan Resty yang umumnya saya lah yang melakukan. Pelan-pelan jari-jemariku dekati wilayah kemaluan Rini. Kuelus sisi itu, walau tetap tertutup celana dalam, tapi wewangian ciri khas kemaluan wanita telah berasa, dan sisi itu mulai basah. Pelan-pelan kulepas celana

dalamnya dengan berhati-hati sekalian merebahkan tubuhnya di meja. Terlihat bulu-bulu yang masih belum demikian panjang menghias sisi yang ada di ke-2 paha Rini ini. “Peluklah saya Mas, tolonglah Mas..!” erang Rini seakan siap melakukan. Tetapi saya tidak melakukan. Saya ingin memberi kepuasan yang betul-betul kepuasan kepadanya malam hari ini. Kutatapi semua anggota badan Rini yang memang benar-benar prima. Umumnya saya cuma bisa menyaksikan dari terlalu jauh, itu juga secara tertutup baju. Berlainan saat ini

tidak cuma menyaksikan, tetapi bisa nikmati. Benar-benar, ini sesuatu yang sebelumnya tidak pernah tidak tersangka olehku. Seperti ingin memperdalamnya saja. Selanjutnya kujilati semuanya tanpa tersisa, sedangkan tangan kiriku meraba-raba kemaluannya yang banyak bulu hitam lembut yang tidak demikian tebal. Sisi ini sangat terasa halus sekali, mulut kemaluannya mulai basah. Perlahan-lahan kumasukkan jemari telunjukku ke. “Ssst.., akh..!” Rini menggeliat enaknya.

Kuteruskan melakukan, sekarang lebih dalam dan memakai dua jemari, Rini mendesis. Sekarang mulutku ke arah dua bukit mencolok di dada Rini, kuhisap sisi putingnya, badan Rini tergetar panas. Mendadak tangannya raih kemaluanku, memegangnya dengan ke-2 telapak tangannya seakan takut lepas. Posisi Rini saat ini tiduran miring, sedangkan saya berlutut, hingga kemaluanku pas ke dalam mulut. Perlahan-lahan ia mulai menjilat-jilati kemaluanku. Giliran tubuhku saat ini yang tergetar luar biasa. Rini masukkan kemaluanku ke mulut. Ya ampun, nyaris saya

tidak mampu menikmatinya. Hebat nikmatnya, benar-benar..! Tidak pernah rasakan semacam ini. Sementara di atas Sofa Agus dan istriku seperti membuat angka 69. Resty berada di bawah sekalian mengulum kemaluan Agus, sedangkan Agus menjilat-jilati kemaluan Resty. Napas kami berempat sama-sama berkejaran, seakan-akan lakukan perjalanan panjang yang meletihkan. Bunyi Music yang entahlah telah berapa lagu seakan menambahkan semangat kami. Sekarang tiga jemari kumasukkan ke kemaluan Rini, ia melenguh luar biasa sampai kemaluanku lepas dari

mulut. Giliran saat ini saya yang menciumi kemaluannya. Kepalaku seperti terjepit antara ke-2 iris pahanya yang mulus. Kujulurkan lidahku sepanjang-panjangnya dan kumasukkan ke kemaluannya sekalian kupermainkan didalamnya. Wewangian dan rasanya makin memuncakkan gairahku. Saat ini Rini tersengal-sengal dan berteriak ketahan minta supaya saya selekasnya masukkan kemaluanku ke lubangnya. Segera

kurengkuh ke-2 pahanya dan menariknya ke bibir meja, kutekuk lututnya dan kubuka pahanya lebar-lebar agar saya bisa masukkan kemaluanku sekalian berjongkok. Pelan-pelan kuarahkan senjataku ke arah lubang punya Rini. Saat kepala kemaluanku masuk lubang itu, Rini mendesis, “Ssshh.., aahhk.., aduh nikmatnya..! Terus Mas, masukan kembali akhh..!” Dengan tentu kumasukkan lebih dalam sekalian kadang-kadang sedikit menarik dan mendorongnya . Ada kepuasan hebat yang kurasakan saat saya melakukan. Karena mungkin sejauh ini saya cuma

melakukan dengan istriku, ini kali ada suatu hal yang sebelumnya tidak pernah kurasakan sebelumnya. Tanganku saat ini telah meremas payudara Rini secara halus sekalian menyekanya. Mulut Rini juga seperti megap-megap kepuasan, selekasnya kulumat bibir itu sampai Rini hampir tidak dapat bernapas, kutindih dan kudekap pembicaraan-kuatnya sampai Rini berontak. Dekapanku makin kuperketat, seakan-akan tidak lepas kembali. Keringat telah membasahi semua badan kami. Agus dan istriku tidak kuperhatikan kembali. Yang kurasakan saat ini ialah sebuah penjelajahan.

yang tidak pernah kulalui sebelumnya. Poinku masih turun naik antara ke-2 paha Rini. Hebat kemaluan Rini ini, seakan ada penghisap saja didalamnya. Kemaluanku seakan tertarik ke. Dinding-dindingnya seperti lingkaran magnet saja. Mata Rini merem terbuka nikmati permainan ini. Erangannya sebelumnya tidak pernah putus, sedangkan helaan napasnya mengincar tersengal-sengal.Posisi saat ini berbeda, Rini saat ini membungkuk menghadap meja sekalian menggenggam ke-2 segi meja tadi tempat ia tiduran, sedangkan saya dari

belakangnya secara berdiri masukkan kemaluanku. Ini susah, karena selainnya ukuran kemaluanku cukup besar, lubang kemaluan Rini makin ketat karena membungkuk. Kukangkangkan kaki Rini dengan memperlebar jarak di antara ke-2 kakinya. Perlahan-lahan kucoba masukkan senjataku. Ini kali sukses, tetapi Rini melenguh keras, pelan-pelan kudorong kemaluanku sekalian kadang-kadang menariknya. Lubangnya berasa sempit sekali. Sesaat, mendadak ada cairan punya Rini yang membasahi lubang dan kemaluanku sampai berasa nikmat

Itil V3
sekarang ini. Kembali kudorong senjataku dan kutarik sedikit. Goyanganku makin gesit, bokongku mundur-maju teratur. kelihatannya Rini juga nikmati style ini. Buah dada Rini bergoyang-goyang mundur-maju meng ikuti irama yang dari bokongku. Kuremas buah dada itu, kusaksikan Rini tidak kuasa meredam suatu hal yang tidak kumengerti apa tersebut. Erangannya makin panjang. Kecepatan juga kutambah, goyangan pinggul Rini makin kuat. Badanku berasa makin panas. Ada suatu hal yang tergerak dari dalam yang tidak memiliki daya saya meredamnya.

kelihatannya menyebar ke arah kemaluanku. Saya tetap berusaha meredamnya. Selekasnya saya mengambil kemaluanku dan menuntun badan Rini ke arah tempat yang bertambah luas dan memerintah Rini terlentang di bentang karpet. Secepat-cepatnya saya menindihnya sekalian mengompres ke-2 kakinya sampai ke-2 ujung lututnya melekat ke perut, hingga sekarang terlihat kemaluan Rini menyembul mendangak ke atas menantangku. Selekasnya kumasukkan senjataku kembali ke lubang kemaluan Rini. Umpanku kembali turun naik memiliki irama, tetapi ini kali lebih kuat seperti mau capai finish saja.

Suara yang didengar dari mulut Rini makin tidak karuan, seakan nikmati tiap suatu hal yang kulakukan kepadanya. Mendadak Rini merengkuhku benteng-kuatnya. Goyanganku juga makin jadi. Aku juga berteriak sejadinya, berasa ada suatu hal yang keluar kemaluanku. Rini menggigit leherku perbuatannya yang kuat, selekasnya kurebut gigitannya dan menggigitnya perbuatannya,

Rini menjerit kesakitan sekalian tergetar luar biasa. Mulutku berasa asin, rupanya bibir Rini berdarah, tetapi seakan kami tidak mempedulikannya, kami seakan terlilit kuat dan menghasilkan-guling di lantai. Di sofa Agus dan istriku rupanya juga capai pucuknya. Kusaksikan Resty tersenyum senang.Sementara Rini tidak ingin melepas kemaluanku dari dalam kemaluannya, ke-2 ujung tumit kakinya tetap menekan ke-2 bokongku. Tidak kusadari semua cairan yang keluar kemaluanku masuk ke dalam lubang kepunyaannya

Rini. Kusaksikan Rini tidak mempedulikannya. Pelan-pelan otot-ototku melembek, dan pada akhirnya kemaluanku lepas dari kemaluan Rini. Rini tersenyum senang, walaupun capek aku juga rasakan kepuasan tidak ada tara. Resty juga tersenyum, cuma terlihat malu. Selanjutnya mengambili bajunya dan ke arah kamar mandi. Sampai sekarang ini kejadian itu masih terang dalam daya ingatku. Agus dan Rini saat ini telah berpindah dan kembali lagi ke Jakarta.

Kadang-kadang kami tetap terkait melalui telephone. Mungkin saya tidak pernah lupakan kejadian tersebut. Satu saat Rini bertandang ke rumah kami, kebenaran saya tidak ada di dalam rumah. Ia cuma berjumpa dengan istriku. Andaikan saja.

Category: BOKEP
cersex annisa cersex anal mama cersex dengan ibu mertua cersex hot terbaru cersex download cersex xnxx

Leave a Reply